Berita Unik, 5Berita.com – Apakah ada kota yang benar-benar cocok untuk penggila buku? Tentu saja ada, bahkan terdapat beberapa tempat yang mendapat sebutan sebagai surganya para kutu buku.
Dilansir dari Mental Floss, konsep kota buku ini digunakan untuk menyebut sebuah kota yang digerakkan dan diubah oleh keberadaan buku. Biasanya kota-kota ini memiliki banyak toko buku baik yang menjual buku baru maupun lama serta memiliki festival buku dan titik-titik yang sangat tepat dan nyaman untuk membaca.
Dan Jika Kamu Seorang Kutu Buku, 5 Kota Ini Wajib Kamu Kunjungi:
1. Bredevoort, Belanda
Bredevoort merupakan sebuah kota tua di Belanda dengan struktur bangunan dan kota yang masih seperti abad pertengahan. Penduduk dari kota ini sendiri hanyalah sekitar 1525 jiwa. Perubahan kota kuno ini menjadi sebuah kota buku bermula pada tahun 1993 karena terdapat lebih dari 20 toko buku bekas dan antik.


Tiap bulannya, pada hari sabtu minggu ke tiga, kota ini mengadakan sebuah pasar buku yang mengundang banyak penjual buku dari seantero Belanda untuk menjual berbagai macam buku di kota ini. Bredevoort juga merupakan salah satu pendiri dari International Organisation of Book Towns dan memiliki banyak kegiatan sastra yang menunjang roda perekonomian kota tersebut.
2. Hay-On-Wye, Wales
Perubahan pertama dari kota kecil yang berada di Wales ini untuk menjadi kota buka adalah pada 1961 ketika seorang pengusahan bernama Richard Booth mulai membuka sebuah toko buku bekas. Ternyata toko itu menjadi sangat populer dan kini merupakan salah satu toko buku bekas terbesar di Eropa. Setelah itu mulai bertumbuh spesialis dan penjual buku kuno yang berkembang di kota tersebut dan menjadi pusat dari roda ekonomi di Hay-On-Wye.
Kota kecil dengan penduduk sekitar 1600 jiwa ini merupakan salah satu kota buku pertama yang ada di dunia. Pada 1987 di kota ini juga mulai diadakan sebuah festival sastra yang kini merupakan festival terbesar di Britania Raya. Setidaknya setiap tahun ada 250 ribu kutu buku yang mengunjungi kota tersebut.
3. Hobart, New York
Sebelum menjadi sebuah kota buku yang menyenangkan kota ini pernah ditinggalkan penduduknya dan menjadi sebuah kota mati. Pada tahun 1999 kota ini sempat sepi dan usaha yang terdapat di wilayah tersebut hanyalah sebuah rumah makan saja. Sadar akan kondisi yang tidak menyenangkan tersebut, seorang warga lokal bernama Don Dales melihat peluang untuk membeli tempat-tempat kosong dan menjadikannya sebagai sebuah toko buku.
Ternyata usaha yang dilakukan oleh Dales ini berhasil sehingga akhirnya pada tahun 2004 dia membuat dua toko buku lagi di kora tersebut. Saat ini terdapat enam toko buku di wilayah yang hanya berpenduduk 440 jiwa ini. Terdapat beberapa festival buku yang menarik perhatian sebagai daya tarik tempat ini serta menjadi tujuan wisata di akhir pekan bagi warga New York untuk mencari buku.
4. Redu, Belgia
Pada tahun 1979, sekembalinya dari perjalanan ke Hay-On-Wye seorang warga lokal bernama Noel Anselot memutuskan untuk mengundang banyak penjual buku di berbagai daerah untuk datang ke desanya. Dia melakukan itu melalui surat dan mengajak penjual buku untuk mulai berjualan pada berbagai bangunan yang telah ada dan tersedia di kota tersebut.
Ternyata hal yang dilakukan oleh Anselot itu tidak percuma dan kini telah ada sekitar 17 toko buku di desa tersebut yang menjual buku bekas dan komik. Terdapat banyak festival dan acara berhubungan dengan buku yang digelar di desa tersebut. Pada tahun 984, kota ini akhirnya dinobatkan sebagai salah satu kota buku setelah berhasil menyelenggarakan festival buku pertama mereka.
5. Fjaerland, Norwegia
Fjaerland berada di wilayah sekitar fjord di dekat laut arktik di Norwegia. Lokasinya yang tersembunyi menjadikan kota ini sebagai salah satu kota buku paling terpencil di dunia. Sebelum tahun 1994 ketika jalan dibangun, kota ini hanya dapat ditempuh dengan perahu. Kondisi terpencil tersebut membuat kota ini ditinggalkan, namun dari situ lah maka berkembangnya usaha buku di kota itu.
Banyaknya bangunan yang tidak digunakan di kota tersebut ternyata dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebuah toko buku. Bekas kandang kuda, toko sayur, kantor pos, dan pemberhentian ferry adalah beberapa tempat yang dimanfaatkan oleh warga lokal sebagai toko buku. Hanya saja cuaca dingin yang ekstrem di kota tersebut hanya memungkinkan untuk tamu datang pada bulan Mei hingga September saja.